Info Terbaru 2022

Orangtua Jangan Terburu-Buru Menyekolahkan Anak

Orangtua Jangan Terburu-Buru Menyekolahkan Anak
Orangtua Jangan Terburu-Buru Menyekolahkan Anak
Masih banyak orangtua yang protes alasannya ialah anaknya tidak bisa diterima di SD dengan alasan u Orangtua Jangan Terburu-Buru Menyekolahkan Anak
Masih banyak orangtua yang protes alasannya ialah anaknya tidak bisa diterima di SD dengan alasan usia kurang dari 7 tahun.
Sejumlah orangtua mendukung sekolah anaknya lebih awal. Alasannya, merupakan pujian tersendiri memiliki anak termuda di antara bawah umur lain di kelas, terlebih lagi, jikalau si anak tetap bisa memperoleh nilai tinggi di setiap mata pelajaran. Namun, apakah benar, selamanya mengukur pencapaian anak dari mudanya usia serta angka-angka nilai mata pelajaran?

Sebuah penelitian oleh Thomas Dee dan Henrik Sievertsen dari Stanford University mengenai kesehatan mental yang terbentuk saat orangtua tidak terburu-buru memasukkan anaknya ke sekolah formal. Menurut penelitian tersebut tingkat hiperaktivitas anak bisa ditekan, sehingga anak lebih bisa fokus dan mengendalikan dirinya sendiri.

“Menunda anak masuk sekolah satu tahun sanggup mengurangi tingkat hiperaktivitas dan meningkatkan fokus perhatian anak sampai 73 persen. Hal ini tampak pada rata-rata anak yang berusia 11 tahun,” kata Dee dan Sievertsen yang lansir dari Tirto (29/10/18).

Negara yang dinilai sistem pendidikannya sudah mumpuni menyerupai Finlandia mengatur usia masuk sekolah dasar (SD) di usia 7 tahun. Aturan yang sama juga berlaku di Indonesia. Syarat penerimaan siswa gres untuk SD itu telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17 Tahun 2017 wacana Penerimaan Peserta Didik Baru.

Kenyataan yang terjadi di Indonesia ialah setiap tahun anutan baru, masih banyak orangtua yang protes kepada Panitia Penerimaan Siswa Baru alasannya ialah anaknya tidak bisa diterima di SD dengan alasan usia kurang dari 7 tahun. Mereka berdalih dengan alasan anaknya sudah bisa membaca dan menulis, dan sering luput untuk mempertimbangkan kesiapan mental dan psikologis anak.

Pada usia 5-6 tahun, anak masih dalam tahap membuatkan keterampilan sosial dan motorik atau gerak. Sedangkan untuk mulai berguru di kelas 1 SD anak harus sudah bisa serius mengikuti pelajaran dalam waktu yang cukup usang dan dalam ruang yang terbatas. Selain itu, dalam teori perkembangan, anak mulai bisa berkonsentrasi dengan baik pada usia di atas 6 tahun.

Sekolah formal menyerupai di tingkat SD sangat berbeda jauh dengan sistem di taman kanak-kanak. Di jenjang SD, anak tidak lagi menerima perhatian sebanyak saat ia di Taman Kanak-kanak yang masih sangat tergantung dengan guru-gurunya. Di sekolah dasar, anak dituntut untuk lebih sanggup bangun diatas kaki sendiri dan bertanggungjawab dengan waktu berguru lebih usang dan bahan pembelajaran yang jauh lebih beragam.

Usia sangat menentukan tingkat kognisi dan huruf setiap anak. Dikhawatirkan keputusan orangtua yang menentukan memasukkan anaknya ke sekolah formal lebih awal, terlebih dengan pembentukan huruf si anak yang tidak mewakili keluarganya. Akibat banyak campur tangan di luar keluarga yang menciptakan ia nanti menjadi berbeda.

Dr. Amanda Mergler, psikologis dari School of Early Childhood, Queensand University of Technology dari hasil penelitiannya memberikan bahwa mengirim bawah umur ke sekolah secara prematur sanggup menjadi salah satu penyebab kegagalan anak di masa depan.

“Jika kita mengirim bawah umur yang terlalu muda untuk mulai bersekolah dan menuntut mereka untuk berperilaku dan melaksanakan hal-hal yang sesungguhnya belum mereka bisa, itu sama saja membentuk mereka menjadi ’anak-anak bermasalah’,” kata Megler.

Melihat aneka macam aspek tersebut, sebaiknya orangtua jangan terburu-buru menyekolahkan anak, lihat kondisi anak. Karena setiap anak berbeda. Alangkah baiknya tidak memaksakan kehendak pada anak. Biarkan anak juga yang menentukan. Keberhasilan dan perkembangan anak juga ditentukan oleh keputusan awal memasukkan anak ke SD.
Advertisement

Iklan Sidebar